
Twitter “Paksa” Pengguna Baca Artikel Sebelum “Retweet” Link Berita
Tak hanya Facebook dan Instagram saja, nyatanya Twitter sampai saat ini juga masih menjadi salah satu media sosial yang paling diminati oleh masyarakat. Khususnya adalah bagi kalangan anak muda, karena ada banyak sekali hal-hal menarik dan juga kritis yang bisa ditemukan disana. Sejalan dengan jumlah penggunanya yang semakin banyak dan dalam berbagai tujuan. Maka Twitter sendiri juga tak enggan untuk selalu berinovasi dalam mengeluarkan fitur-fitur terbaru pada aplikasinya tersebut, seperti yang baru-baru ini diluncurkan.
Fitur baru yang dikeluarkan oleh Twitter ini akan “memaksa” penggunanya agar membaca berita terlebih dahulu sebelum nantinya me-retweet tautan yang ada. mengingat selama ini banyak sekali judul-judul berita yang memang tidak merepresentasikan isinya atau istilahnya adalah boombastis. Sehingga kerap kali memunculkan isu yang tidak-tidak, juga akan memicu berbagai macam percakapan baru, untuk itulah Twitter membuat fitur semacam ini sehingga paling tidak pengguna akan membaca artikel secara keseluruhan terlebih dahulu sebelum nantinya memutuskan untuk me-retweet.
Dalam sebuah kicauannya akun resmi dari Twitter ini memang menjelaskan mengenai peringatan yang akan muncul dengan tulisan “ Headline tidak menceritakan kisah lengkap. Ingin membaca ini sebelum melakukan Retweet?”. Dengan adanya keputusan menambah fitur yang satu ini, sebenarnya ditujukan agar nantinya pengguna Twitter dapat membaca dan menelaah terlebih dahulu pesan yang akan mereka bagikan, sehingga tidak mendorong diskusi yang kurang produktif atau hanya membuang-buang waktu saja.
Fitur tersebut nantinya akan menjadi pengingat bagi pengguna Twitter untuk lebih selektif dan juga membaca terlebih dahulu, sehingga dapat melihat validitas informasi yang nantinya akan mereka bagikan. Jadi informasi yang disebarkan juga tidak salah atau hoax. Artinya para pengguna Twitter memang dipaksa untuk cerdas, berliterasi terlebih dahulu sebelum menyebarkan informasi, jadi dapat mengurangi resiko penyebaran berita hoax. Hanya saja karena memang masih dalam tahap uji coba, sehingga fitur yang satu ini masih belum bisa dirasakan oleh semua orang, melainkan hanya disebarkan kepada beberapa pengguna saja.
Memang selama beberapa tahun belakangan ini tidak dapat dipungkiri jika seandainya banyak beredar beri-berita bohong. Hal tersebut tak lain disebabkan karena penyebar informasi tersebut tidak membaca secara menyeluruh isi artikel atau berita yang akan disebarkan. Banyak sekali dampak negatif yang disebabkan oleh kabar hoax ini, diantaranya adalah:
- Membuang-buang waktu dan juga uang, ketika Anda mere-tweet sesuatu yang judulnya tampak menarik, tentunya banyak yang menanggapinya bukan. Namun jika ternyata informasi yang disebarkan tersebut salah, namun sudah memicu sebuah diskusi panjang, sudah pasti hanya akan buang-buang waktu dan uang, karena produktivitas juga menurun akibat menanggapi kabar tersebut.
- Menjadi pengalihan isu, ada banyak sekali isu menarik yang ada di luar sana yang lebih didiskusikan bersama, ketika ada berita hoax yang tersebar, maka dampaknya hanyalah pengalihan isu terhadap sesuatu yang faktanya jauh lebih penting untuk ditanggapi.
- Merupakan sebuah penipuan publik, patut untuk diketahui bahwa sebenarnya hoax ini sendiri juga termasuk kedalam penipuan publik. Hingga terkadang hal tersebut juga bisa memicu terjadinya kepanikan publik.
Dengan melihat dampak-dampak negatif yang bisa ditimbulkan karena hoax ini, maka tidak salah jika seandainya Twitter sebagai salah satu jejaring sosial yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat juga menerapkan fitur baru tersebut untuk cegah dan mengurangi kemungkinan penyebaran hoax.