Pariwisata Pasca Pandemi Destinasi Populer

Pandemi sempat menghentikan laju pariwisata global, tapi kini sektor ini mulai bangkit dengan wajah baru. Pariwisata pasca pandemi menawarkan pengalaman berbeda, di mana keselamatan dan kenyamanan jadi prioritas. Destinasi populer mulai ramai lagi, tapi dengan aturan yang lebih fleksibel. Traveler sekarang lebih selektif, mencari tempat yang tidak hanya indah tapi juga aman. Tren wisata alam dan lokal semakin naik daun, karena orang ingin menghindari kerumunan. Bagi yang rute jalan-jalan, ini saat tepat untuk eksplorasi tanpa hiruk-pikuk turis seperti dulu. Yuk, simak rekomendasi destinasi terbaik dan tips liburan di masa baru ini!

Baca Juga: Keunggulan Speaker Bluetooth Sony untuk Audio

Tren Destinasi Terbaru untuk Liburan

Pasca pandemi, tren destinasi liburan bergeser ke arah yang lebih personal dan berkelanjutan. Orang sekarang lebih memilih slow travel—menikmati perjalanan dengan santai, bukan sekadar checklist tempat wisata. Destinasi alam seperti Taman Nasional Komodo atau Raja Ampat makin populer karena menawarkan ruang terbuka dan jarak aman.

Workation juga jadi tren baru, di mana orang menggabungkan kerja remote dengan liburan. Kota-kota dengan fasilitas coworking space seperti Bali atau Yogyakarta banyak dipilih. Selain itu, wisata berbasis komunitas semakin diminati—misalnya homestay di desa adat atau tur kuliner lokal yang mendukung ekonomi warga.

Konsep bleisure (business + leisure) juga naik daun, terutama bagi profesional yang ingin memaksimalkan perjalanan dinas dengan liburan singkat. Hotel-hotel kini menawarkan paket khusus untuk memenuhi kebutuhan ini.

Yang tak kalah menarik adalah revenge travel—fenomena di mana orang "balas dendam" dengan traveling lebih sering setelah lama terkurung di rumah. Destinasi seperti Jepang atau Korea Selatan jadi incaran, terutama sejak pembukaan kembali wisata internasional.

Terakhir, eco-tourism semakin digemari. Traveler lebih peduli pada dampak lingkungan, sehingga memilih akomodasi ramah alam dan aktivitas rendah emisi. Contohnya, snorkeling di terumbu karang dengan operator bersertifikat atau menginap di eco-resort.

Intinya, liburan sekarang lebih bermakna—bukan cuma foto di spot viral, tapi juga pengalaman yang berkesan dan bertanggung jawab.

Baca Juga: Mengupas Portabilitas Earphone TWS Terkini

Kebangkitan Pariwisata Setelah Masa Sulit

Pandemi sempat memukul keras sektor pariwisata—bandara sepi, hotel tutup, dan destinasi mati suri. Tapi sekarang, industri ini perlahan bangkit dengan strategi baru. Menurut UNWTO, pemulihan pariwisata global sudah mencapai 80% dari level pra-pandemi, dengan Asia Pasifik sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat.

Salah satu faktor pendorongnya adalah adaptasi cepat pelaku usaha. Hotel dan maskapai menerapkan protokol kesehatan ketat sekaligus menawarkan diskon agresif. Destinasi seperti Bali bahkan meluncurkan program Bali & Beyond untuk menarik wisatawan dengan paket eksklusif.

Teknologi juga berperan besar. Sistem contactless travel—mulai dari check-in hotel hingga pembayaran digital—menjadi standar baru. Aplikasi seperti Traveloka atau Klook memudahkan traveler merencanakan liburan tanpa ribet.

Pemerintah pun turun tangan. Visa on arrival diperluas, seperti kebijakan Indonesia yang membebaskan visa untuk 92 negara. Event besar seperti G20 di Bali juga jadi momentum promosi.

Tapi tantangan tetap ada. Harga tiket pesawat yang masih fluktuatif dan kekurangan tenaga kerja di sektor hospitality jadi penghambat. Meski begitu, minat traveler tak surut—buktinya, tiket konser Coldplay di Jakarta ludes dalam hitungan jam, sekaligus mendongkrak kunjungan wisata.

Kuncinya sekarang: kolaborasi. Dari pemerintah, swasta, hingga traveler sendiri. Soal kebangkitan pariwisata, kita sedang di fase "slow but sure".

Spot Wisata yang Kembali Ramai

Destinasi yang dulu sepi selama pandemi sekarang mulai ramai lagi, tapi dengan vibe yang berbeda. Bali jadi contoh paling jelas—Pantai Kuta dan Seminyak kembali hidup dengan turis domestik dan internasional, sementara Ubud tetap jadi favorit para digital nomad. Data dari Bali Tourism Board menunjukkan okupansi hotel sudah mencapai 70-80% di area populer.

Kota-kota heritage seperti Yogyakarta dan Solo juga mengalami lonjakan pengunjung, terutama untuk wisata budaya. Candi Borobudur bahkan memberlakukan sistem reservasi online untuk mengatur arus wisatawan. Sementara itu, Labuan Bajo sebagai gerbang Komodo makin hits setelah masuk daftar 10 Destinasi Prioritas Kemenparekraf.

Di luar negeri, Thailand dan Vietnam kembali jadi favorit backpacker. Tempat seperti Bangkok's Khao San Road atau Ha Long Bay sudah rame seperti sedia kala, tapi dengan lebih banyak stand makanan kaki lima dan spot foto instagramable baru.

Tapi yang menarik, ada juga destinasi "underrated" yang tiba-tiba naik daun. Misalnya Sumba dengan resor mewahnya atau Belitung yang jadi tujuan keluarga karena pantainya yang landai. Bahkan Pulau Seribu di Jakarta mulai diburu traveler yang ingin staycation tanpa jauh-jauh.

Fenomena revenge travel bikin tempat-tempat ini makin padat, terutama akhir pekan. Tipsnya? Datang weekday atau cari akomodasi agak menjauh dari pusat keramaian—harga lebih murah, suasana lebih relax.

Tips Merencanakan Perjalanan Aman

Travel pasca pandemi butuh persiapan ekstra biar aman dan nyaman. Pertama, cek aturan destinasi—masih ada negara yang wajibkan vaksin booster atau PCR, seperti Jepang dan China. Gunakan situs IATA Travel Centre untuk update info terkini.

Booking flexible itu wajib. Pilih tiket pesawat atau hotel yang bisa di-refund atau diubah jadwal. Maskapai seperti Garuda dan Singapore Airlines biasanya tawarkan opsi ini.

Bawa safety kit mini: masker N95, hand sanitizer, sampai obat dasar. Kalau ke luar negeri, pastikan asuransi travelmu mencakup COVID-19 coverage.

Hindari overtourism—daripada ke Bali di hari libur, coba alternatif seperti Lombok atau Pangandaran. Bonusnya, harga lebih murah dan suasana lebih autentik.

Pakai aplikasi pendukung:

  • PeduliLindungi untuk cek fasilitas kesehatan di Indonesia
  • Google Maps cari tempat makan yang tidak terlalu padat
  • AirVisual pantau kualitas udara kalau mau hiking

Terakhir, jangan serakah—kalau badan mulai lelah, istirahat dulu. Liburan harusnya menyegarkan, bukan bikin drop. Simpan nomor darurat lokal dan alamat kedubes di HP, siapa tahu perlu bantuan mendesak.

Destinasi Alam yang Wajib Dikunjungi

Kalau kamu pencinta alam, sekarang saat tepat eksplor—destinasi alam pasca pandemi lebih terjaga dan sepi turis massal. Raja Ampat masih juara untuk diving, dengan terumbu karang yang pulih selama masa lockdown. Info terbaru bisa cek di situs resminya.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga wajib dikunjungi, terutama untuk sunrise di Penanjakan. Tapi hindari weekend—lebih baik weekday biar bisa nikmati suasana tanpa kerumunan.

Untuk yang suka trekking, Gunung Rinjani di Lombok sudah buka dengan kuota terbatas. Pastikan pakai operator resmi yang terdaftar di Rinjani Trekking.

Di luar negeri, Nepal lagi naik daun—trek ke Everest Base Camp atau Annapurna lebih affordable sekarang. Cek persiapan wajib di Nepal Tourism Board.

Jangan lupa Danau Toba, yang masuk daftar UNESCO Global Geopark. Banyak homestay lokal dengan view langsung ke danau, plus fasilitas lebih baik dari sebelum pandemi.

Tips:

  • Wakatobi masih pristine, tapi pastikan diving operatornya punya sertifikat EcoDiving
  • Kelimutu di Flores wajib didatangi subuh biar lihat tiga danau berubah warna
  • Alamendah di Jawa Barat cocok buat yang cari glamping murah meriah

Intinya, alam sekarang lebih "bernafas" setelah istirahat selama pandemi—kita tinggal nikmati dengan cara yang bertanggung jawab.

Hotel dan Akomodasi Terbaik Saat Ini

Pasca pandemi, standar akomodasi berubah total—sekarang yang dicari bukan cuma mewah, tapi juga higienis dan fleksibel. Aman Resorts di Ubud jadi contoh bagus, dengan konsep private villa dan program wellness yang fokus pada kesehatan tamu.

Untuk yang budget terbatas, Bobobox di Bandung dan Jogja menawarkan pod hotel dengan teknologi sentuh minimal dan aplikasi kontrol sendiri. Sementara The Kayon Resort di Ubud dapat penghargaan World Luxury Hotel Awards untuk kategori eco-lodge.

Di luar negeri, Singapore's Marina Bay Sands kini punya flexi-stay package termasuk credit untuk F&B. Kalau mau lebih unik, coba Garden Pods di Jepang—kabin kecil dengan taman privat, info lengkap di Japan Travel.

Tips memilih akomodasi 2024:

  1. Cari yang punya sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) dari Kemenparekraf
  2. Pilih hotel dengan free cancellation—banyak yang tawarkan ini via Booking.com atau Agoda
  3. Eco-resort seperti Nihi Sumba sedang naik daun untuk yang mau liburan sekaligus berkontribusi ke lingkungan

Yang seru sekarang, banyak hotel berbasis komunitas—misalnya Plataran Borobudur yang melibatkan warga lokal sebagai pemandu wisata.

Terakhir, jangan remehkan homestay biasa—dengan standar kebersihan baru, banyak yang sekarang lebih baik dari hotel bintang 3!

Strategi Adaptasi Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang bertahan pasca pandemi punya satu kesamaan: cepat beradaptasi. Contoh nyata? Penginapan di Bali yang beralih dari turis mancanegara ke pasar domestik dengan paket workation, sementara agen travel bikin tur virtual via Zoom saat PPKM.

Strategi jitu lainnya:

  1. Go digital—Pemandu wisata di Jogja sekarang banyak yang jual pengalaman lewat Klook atau Traveloka, bukan lagi mengandalkan turis jalanan.
  2. Kolaborasi cross-industri—Hotel-hotel di Labuan Bajo kerja sama dengan operator liveaboard buat paket all-inclusive diving + akomodasi.
  3. Diversifikasi layanan—Restoran di kawasan wisata mulai nawarin cooking class atau meal kit delivery, seperti yang dilakukan Locavore Bali.

Pemerintah juga mendukung lewat program seperti CHSE Certification untuk usaha pariwisata yang memenuhi standar kebersihan baru. Pelaku UMKM bisa manfaatkan ini sebagai nilai jual.

Yang paling krusial: pelatihan SDM. Banyak hotel kini wajibkan staf ikut kursus hospitality safety protocol dan bahasa asing dasar via platform seperti Coursera.

Kunci suksesnya sederhana: jangan stuck di model bisnis lama. Turis sekarang lebih melek teknologi dan kesehatan—siapa yang bisa memenuhi kebutuhan ini, dialah yang menang.

Pariwisata & Travel
Photo by Dan Burton on Unsplash

Pariwisata pasca pandemi membuktikan satu hal: traveler sekarang lebih cerdas memilih destinasi populer 2024. Bukan sekadar ikut tren, tapi mencari pengalaman yang aman, bermakna, dan ramah lingkungan. Dari kebangkitan wisata alam hingga adaptasi kreatif pelaku usaha, yang jelas—liburan masa kini bukan lagi soal jumlah foto di Instagram, tapi kualitas momen yang dihabiskan. Jadi, sudah siap merencanakan petualangan terbaikmu? Pilih destinasi yang sesuai kebutuhan, dukung ekonomi lokal, dan jangan lupa nikmati setiap detik perjalanan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *